Senin, 22 Maret 2010
10 KEBAJIKAN UTAMA (Thomas Lickona)
a. Keputusan yang baik; kemampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal (good judgment)
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bagaimana caranya mempraktikkan nilai-nilai kebaikan;
c. Memiliki kemampuan untuk menentukan skala prioritas dalam hidup (ability to set priorities)
2. Keadilan atau adil (justice):
a. Kejujuran (fairness, mengikuti aturan)
b. Rasa hormat (respect)
c. Bertanggungjawab (responsibility)
d. Tulus (honesty)
e. Kesopanan (Courtesy/civility)
f. Toleransi (tolerance)
3. Daya tahan (fortitude):
a. Keberanian (courage)
b. Elastisitas, daya lenting (resilience)
c. Kesabaran (patience)
d. Kegigihan, ketabahan hati (perseverance)
e. Daya tahan, kesabaran (endurance)
f. Percaya-diri (self-confidence)
4. Kontrol-diri (self-control):
a. Disiplin-diri (self-discipline)
b. Kemampuan untuk mengelola emosi dan dorongan diri
c. Kemampuan untuk menunda kesenangan (to delay gratification) atau tidak cepat puas diri.
d. Kemampuan untuk melawan atau tahan terhadap godaan (to resist temptation)
e. Moderat (moderation)
f. Kemampuan menjaga kecenderungan seksnya (sexual self-control)
5. Cinta (love):
a. Mengenali perasaan, pikiran dan sikap orang lain (empathy)
b. Memiliki rasa iba (compassion)
c. Ramah dan penuh kasih sayang (kindness)
d. Murah hati (generosity)
e. Mudah membantu (service)
f. Setia (loyalty)
g. Cinta tanah air (patriotism)
h. Pemaaf (forgiveness)
6. Sikap positif (positive attitude):
a. Penuh harapan (hope)
b. Bersemangat (enthusiasm)
c. Lentur, dapat berubah dengan mudah (flexibility)
d. Memiliki rasa humor (sense of humor)
7. Kerja Keras (hard works)
a. Memiliki prakarsa (initiative)
b. Tekun atau rajin (diligence)
c. Penetapan atau perencanaan yang matang (good-setting)
d. Kecerdikan atau kecerdasan (resourcefulness)
8. Kepribadian yang utuh (integritiy):
a. Mengikuti prinsip-prinsip moral (adhering to moral principle)
b. Kesetiaan terhadap kata-hati (faithfulness to a correctly formed conscience)
c. Menjaga perkataan atau satunya kata dan perbuatan (keeping one's word)
d. Konsisten secara etik (ethical consistency)
e. Tulus atau Ihlas (being honest with oneself)
9. Perasaan berterima kasih (gratitude):
a. Kebiasaan berterima kasih (the habit of being thankfull; appreciating one's blessings)
b. Kemampuan menghargai orang lain (acknowledging one's debts to others)
c. Tidak suka komplain (not complaining) atau tidak mudah menuduh
10. Kerendah hati (humility):
a. Sadar-diri atau tahu diri (self-awarness)
b. Mau mengakui kesalahan dan bertanggung jawab (willingness to mistakes and responsibility to them)
c. Keinginan untuk menjadi lebih baik (the desire to become a better person)
Sumber Thomas Lickona
Ditulis ulang: Ajat Sudrajat, Jurusan Pendidikan Sejarah, Prodi Ilmu Sejaeah Fise UNY.
BUTIR-BUTIR REFLEKSI NILAI-NILAI KEBAIKAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER TERPUJI
• Setiap manusia berharga.
• Bagian dari penghargaan diri adalah mengenal kualitas pribadi.
• Penghargaan seseorang adalah benih yang menumbuhkan kepercayaan diri.
• Saat kita menghargai diri sendiri, mudah untuk menghargai orang lain.
• Untuk mengetahui kelebihan pribadi dan menghargai kelebihan orang lain, adalah cara tepat mendapatkan rasa hormat.
• Orang yang menghargai akan mendapat penghargaan.
• Makin besar rasa hormat yang diukur atas dasar materi, makin besar keinginan untuk dipuji. Makin besar keinginan, makin mudah untuk jatuh dan kehilangan rasa hormat pada diri sendiri.
• Saat ada kekuatan rendah hati dalam rasa hormat pada orang lain, kebijaksanaan akan berkembang serta kita menjadi adil dan mudah menyesuaikan diri terhadap sesama.
• Setiap orang berhak untuk hidup dengan mulia dan penuh hormat, termasuk diriku.
• Satu rasa ketidakhormatan dapat menyebabkan pecahnya persatuan.
• Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan ketidakpedulian.
2. BUTIR-BUTIR REFLEKSI KEJUJURAN:
• Kejujuran adalah mengatakan kebenaran.
• Saat aku jujur, aku merasa jernih.
• Orang yang percaya diri, jujur dan benar.
• Kejujuran berarti tidak kontradiksi dalam pikiran, kata, atau tindakan.
• Pikiran, kata-kata, tindakan yang jujur menciptakan harmoni.
• Kejujuran adalah kesadaran akan apa yang benar dan sesuai dengan perannya, tindakannya, dan hubungannya.
• Dengan ada kejujuran tidak ada kemunafikan atau kepalsuan yang menciptakan kebingungan dan ketidakpercayaan dalam pikiran dan hidup orang lain.
• Kejujuran membuat integritas dalam hidup, karena apa yang ada di dalam dan di luar diri adalah cerminan jiwa.
• Kejujuran untuk digunakan pada apa yang kamu percaya.
• Ada hubungan yang dalam antara kejujuran dan persahabatan.
• Ketamakan kadang ada pada akar ketidakjujuran.
• Orang yang jujur mengetahui bahwa kita semua saling berhubungan.
• Menjadi jujur pada diri dan dalam menghadapi tugas, akan mendapatkan kepercayaan diri dan mengilhami orang lain.
3. BUTIR-BUTIR REFLEKSI TANGGUNGJAWAB:
• Bertanggung jawab berarti melakukan tugasmu.
• Bertanggung jawab adalah menerima kebutuhannya dan melalkukan tugasmu dengan sebaik-baiknya.
• Bertanggung jawab melakukan tugasmu dengan sepenuh hati.
• Saat seseorang bertanggung jawab, ada kepuasan dalam kontribusinya. Sebagai orang yang bertanggung jawab, saya memiliki sesuatu yang bernilai untuk diberikan, demikian juga dengan yang lain.
• Orang yang bertanggung jawab mengetahui bagaimana berlaku adil, setiap orang mendapat bagiannya.
• Pada hak terdapat tanggungjawab.
• Tanggung jawab bukan hanya suatu kewajiban, tetapi juga sesuatu yang membantu kita mencapai tujuan.
• Tanggung jawab global memerlukan penghargaan atas seluruh umat manusia.
• Tanggung jawab adalah menggunakan seluruh daya untuk perubahan yang positif.
4. BUTIR-BUTIR REFLEKSI PERSATUAN:
• Persatuan adlah keharmonisan dengan dan antara individu dalam kelompok
• Persatuan dibangun dari saling berbagi pandangan, harapan, dan tujuan mulia atau demi kebaikan bersama.
• Persatuan membuat tantangan berat menjadi mudah.
• Stabilitas dari persatuan datang dari semangat persatuan dan kesatuan. Keutamaan dari persatuan adalah penhargaan untuk semua.
• Persatuan menciptakan pengalaman bekerja sama, meningkatkan antusiasme dalam menghadapi tantangan dan menciptakan suasana yang menguatkan.
• Saat individu berada dalam harmoni, adalah mungkin untuk stabil dan bekerja secara efektif dalam kelompok.
• Persatuan sejalan dengan pemusatan energi, dengan menerima dan menghargai nilai masing-masing partisipan dan kontribusi mereka yang unik, dan tetap loyal dalam menghadapi tantangan.
• Persatuan menginspirasi komitmen pribadi yang kuat dan pencapaian kolektif yang lebh besar.
• Satu rasa ketidakhormatan dapat menyebabkan pecahnya persatuan. Mengganggu yang lain, kritik yang menghancurkan dan terus menerus, mengawasi dan mengontrol adalah penghancur hubungan.
• Persatuan menciptakan rasa memiliki dan meningkatkan kebaikan untuk semua.
• Kemanusiaan tidak mampu mempertahankan persatuan, jika berhadapan dengan musuhnya: perang sipil, etnik, konflik, kemiskinan, kelaparan, dan pelanggaran hak manusia.
• Menciptakan persatuan di dunia memberikan setiap individu, kemampuan untuk melihat semua manusia sebagai satu keluarga besar dan memusatkan perhatian pada satu arah serta nilai positif.
• Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
5. BUTIR-BUTIR REFLEKSI TOLERANSI:
• Kedamaian adalah tujuan, toleransi adalah metodenya.
• Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada indahnya perbedaan.
• Toleransi menghadapi individu dan perbedaannya, menghapus topeng dan ketegangan yang disebabkan oleh ketidakpedulian. Menyediakan kesempatan untuk menemukan dan menghapus stigma yang disebabkan oleh kebanggaan, agama, dan apa yang diwariskan.
• Toleransi adalah saling menghargai melalui saling pengertian.
• Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan ketidakpedulian.
• Benih dari toleransi adalah cinta dan kasih sayang.
• Jika tidak ada cinta, maka tidak ada toleransi.
• Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi memiliki toleransi.
• Toleransi adalah kemampuan menghadapi situasi.
• Toleransi terhadap ketidaknyamanan hidup adalah dengan membiarkannya berlalu, ringan, membiarkan orang lain ringan.
• Melalui pengertian dan keterbukaan pikiran, orang yang toleransi memperlakukan orang lain secara berbeda, menerimanya, menyesuaikan diri, dan menunjukkan toleransinya.
6. BUTIR-BUTIR REFLEKSI RENDAH HATI:
• Rendah hati didasarkan pada menghargai diri.
• Dengan rasa hormat diri didapatkan pengetahuan akan kekuatan diri. Dengan keseimbangan dari hormat diri dan rendah hati, ada penerimaan dan penghargaan kualitas seseorang dalam dirinya.
• Kerendahan hati mengizinkan diri untuk tumbuh dalam kemuliaan dan integritas –tidak memerlukan pembuktian dari luar.
• Kerendahan hati melenyapkan kesombongan.
• Kerendahan hati menjadikan ringan dalam menghadapi tantangan.
• Rendah hati sebagai nilai --tertinggi-- mengizinkan diri dan kemuliaannya bekerja untuk dunia yang lebih baik.
• Pribadi yang rendah hati mendengarkan dan menerima orang lain.
• Rendah hati adalah tetap teguh dan mempertahankan kekuatan diri serta tidak berkeinginan untuk mengatur yang lainnya.
• Rendah hati mengurangi perasaan posesif yang membangun dinding kesombongan.
• Rendah hati mengizinkan seseorang besar dalam hati yang lainnya.
• Rendah hati menciptakan pikiran yang terbuka dan pengakuan atas kekuatan diri dan orang lain. Kesombongan merusak atau menghancurkan nilai-nilai dari setiap pribadi, dan pelanggaran atas hak pribadi.
• Kecenderungan untuk menekan, mendominasi, dan membatasi kebebasan orang lain untuk membuktikan dirimu, mengurangi pengalaman akan kebaikan, kemuliaan, dan ketenangan jiwa.
7. BUTIR-BUTIR REFLEKSI KERJA SAMA:
• Kerja sama terjadi saat orang bekerja bersama mencapai tujuan bersama.
• Kerja sama membutuhkan pengenalan akan nilai dan keikutsertaan semua pribadi dan bagaimana mempertahankan sikap baik.
• Orang yang bekerja sama menciptakan kehendak baik dan perasaan murni pada sesama dan dan tugas yang dihadapi.
• Saat bekerja sama, ada kebutuhan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan. Kadang kita membutuhkan sebuah ide, kadang perlu untuk membuang ide kita. Kadang kita perlu memimpin, dan kadang kita perlu mengikuti.
• Kerja sama direkat oleh prinsip saling menghargai.
• Orang yang bekerja sama, menerima kerja sama.
• Di mana ada kasih sayang, di sana ada kerja sama.
• Keberanian, pertimbangan, pemeliharaan, dan membagi keuntungan adalah dasar untuk kerja sama.
• Dengan tetap sadar akan nilaiku, aku bekerja sama.
8. BUTIR-BUTIR REFLEKSI KESEDERHANAAN:
• Kesederhanaan itu alami.
• Kesederhanaan adalah belajar dari alam.
• Kesederhanaan itu indah.
• Kesederhanaan membuat rileks.
• Kesederhanaan adalah menjadi alami.
• Kesederhanaan adalah berada di saat ini dan tidak membuat masalah menjadi rumit.
• Kesederhanaan adalah belajar dari kebijaksanaan budaya asli daerah.
• Kesederhanaan adalah memberikan kesabaran, persahabatan, dan dorongan semangat.
• Kesederhanaan adalah menikmati pikiran dan intelek yang murni.
• Kesederhanaan menggunakan isting dan intuisi untuk menciptakan pikiran dan perasaan yang empatis.
• Kesederhanaan menghargai kecantikan hati dan mengenali nilai dari semua aktor kehidupan, bahkan yang terburuk sekalipun.
• Kesederhanaan mengajarkan kita untuk hidup ekonomis –bagaimana menggunakan sumber alam dengan bijaksana, memikirkan kepentingan generasi yang akan datang.
• Kesederhanaan mengajak orang memikirkan kembali nilai mereka.
• Kesederhanaan mempertanyakan apakah kita terbujuk menggunakan produk yang tidak perlu. Godaan psikologis menciptakan kebutuhan semua. Hasrat menstimulasi keinginan akan hal remeh. Yang merupakan akibat dari pertarungan antara kerakusan, ketakutan, tekanan kelompok, dan identitas diri yang salah. Pemenuhan kehidupan dasar menciptakan kenyamanan gaya hidup. Sementara kelebihan dan kekurangannya mengakibatkan kesia-siaan.
• Kesederhanaan mengurangi jurang antara si kaya dan si miskin. Dengan cara menunjukkan logika ekonomi berdasarkan: mengumpulkan, menabung, dan berbagi dalam pengorbanan, keuntungan, dan kekayaan, sehingga ada keadilan sosial.
9. BUTIR-BUTIR REFLEKSI KEBEBASAN:
• Kebebasan berdampingan dengan pikiran dan hati.
• Orang yang menginginkan kebebasan untuk mencapai hidup yang bermanfaat, untuk memilih secara bebas gaya hidup yang sesuai dengan dirinya, dan anak-anaknya dapat tumbuh secara sehat, dana dapat berkembang melalui hasil karyanya, melalui tangan, kepala, dan hati mereka.
• Kebebasan dapat disalah artikan menjadi payung yang luas dan tak terhingga, yang memberikan izin untuk ‘melakukan apa yang aku sukai, kapan dan kepada siapa pun yang aku mau’. Konsep tersebut menyalahi dan menggunakan secara salah arti kebebasan.
• Kebebasan sejati diterapkan dan dialami jika parameternya tepat dan dapat dipahami. Parameternya ditentukan oleh prinsip persamaan hak bagi semua. Sebagai contoh, hak kedamaian, kebahagiaan dan keadilan --tak tergantung pada agama, kebudayaan dan gender-- adalah inheren.
• Melanggar hak dari seseorang atau sekelompok orang untuk kebebasan diri, keluarga atau bangsa adalah penyalahgunaan kebebasan. Penyalahgunaan kebebasan dapat menyebabkan penjajahan –ada yang menjajah dan terjajah.
• Kebebasan sejati ada jika ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan pilihan seimbang dengaan akonsekuensinya.
• Kebebasan diri adalah bebas dari kebimbangan dan kerumitan dalam pikiran, intelek dan hati, yang timbul dari negativiitas.
• Kebebasan diri dialami jika saya memiliki pikiran yang positif tentang orang lain dan diri saya.
• Kebebasan adalah proses. Bagaimana saya menciptakan dan memelihara kebebasan saya.
• Transformasi diri memulai proses transformasi dunia. Dunia tidak akan bebas dari perang dan kektidakadilan sampai diri individu bebas.
• Kekuatan utama untuk mengakhiri perang internal dan eksternal adalah kesadaran manusia. Apa pun bentuk kebebasan yang dilandasi kesadaran manusia, memerdekakan dan menguatkan.
Sumber: Diane Tillman, Living Values Activities for Young Adults, Jakarta: Grasindo, 2004.
Ditulis ulang oleh: Ajat Sudrajat, Jur. Pendidikan Sejarah, Prodi Ilmu Sejaerah FISE UNY.
MENGASUH NURANI melahirkan KARAKTER TERPUJI
Karakter adalah harta paling berharga dalam kehidupan manusia. Jati diri manusia sebagai makhluk sempurna, terletak pada pembentukan karakternya. Dari sudut pandang Islam, pembentukan karakter tersebut akan dapat tercapai apabila manusia dapat mengembangkan daya-daya yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Daya-daya itu adalah daya nalar, daya kalbu, dan daya hidup. Dengan mengasah daya nalar, lahirlah kemampuan ilmiah; dengan mengasuh daya kalbu, lahirlah iman dan moral atau karakter yang terpuji; dan dengan menempa daya hidup, lahirlah semangat menanggulangi setiap tantangan hidup yang dihadapi.
Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Oleh karena itu, ia sangat terkait dengan daya kalbu. "Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh (kegiatan) jasad, dan kalau buruk, buruk pula seluruh (kegiatan jasad). Gumpalan itu adalah hati", demikian dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw. Memang ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman, ia hanya mampu mengukuhkannya, dan karena itu pula mengasuh kalbu sambil mengasah nalar akan memperkukuh karakter seseorang.
Oleh karena itu, selain keluarga yang menjadi latar belakang pertama dan paling utama untuk pendidikan karakter, pengembangan karakter sejak usia dini haruslah menjadi kepentingan utama pihak lembaga pendidikan. Tugas membangun karakter haruslah menjadi tugas besar bersama antara keluarga dan lembaga pendidikan. Dalam periode tersebut, sifat-sifat baik seperti berlaku adil, jujur, patriotisme, relaa berkorban, ketulusan hati, tanggung jawab, penghargaan diri, toleransi, dan lain-lain harus disuntikkan ke dalam jiwa si anak.
Penyampaian dan pemberian informasi yang berupa ilmu pengetahuan memang diperlukan untuk mewujudkan pemahaman yang akan mengantarkan seseorang kepada suatu perubahan karakter. Selanjutnya, untuk mewujudkan karakter yang terpuji, diperlukan lingkungan yang kondusif, pelatihan, dan pembiasaan, persepsi terhadap pengalaman hidup, dan lain-lain. Di sisi lain, karakter yang terpuji harus terus diasah dan diasuh, karena ia adalah proses pendakian tanpa akhir.
Cara Membentuk Karakter
Para para penganjur kebaikan, termasuk para nabi, di samping menjelaskan dan mengingatkan tentang baik dan buruk, mereka juga banyak melakukan olah jiwa dan pembiasaan dengan aneka pengalaman. Mereka juga mengemukakan aneka pengalaman sejarah masyarakat dan tokoh-tokohnya sebagai teladan. Selain itu, mereka berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi pengaruh negatif lingkungan, karerna lingkungan watak seseorang dapat berubah menjadi positif atau negatif. Hanya saja perlu untuk dicatat, bahwa pada umumnya pengaruh negatif lebih mudah diserap daripada pengaruh positif.
1. Olah Jiwa
Manusia dianugrahi potensi positif dan negatif. Dalam diri setiap manusia terjadi pertarungan antara nurani (cahaya) dan zhulmani (kegelapan). Ini adalah fitrah manusia. Nurani dipimpin oleh perpaduan akal dan kalbu (rusyd), sedangkan zhulmani dipimpin oleh nafsu. Kemenangan ditandai dengan penguasaan dan pengendalian lawan. Jika nafsu yang menang, maka akal dan kalbu dibawa oleh nafsu ke wilayah zhulmani, semakin jauh terbawa semakin gelap pandangan dan semakin hilang nilai-nilai luhur digantikan dengan nilai-nilai baru yang bersifat materialstis dan temporer, demikian juga sebaliknya jika rusyd yang menang.
Nafsu memiliki kelemahan yang harus digunakan oleh pengolah jiwa. Dia seperti bayi, tidak akan berhenti menyusu, apabila tidak segera disapih oleh ibunya. Memang pada mulanya sangat berat dilakukan, baik buat si ibu maupun si bayi. Tetapi jika tekad si ibu kuat untuk menyapihnya, maka penyapihan pun pasti berhasil. Dalam konteks olah jiwa dan pengendalian nafsu, dapat ditemukan praktik-praktik yang aneh, Nabi Muhammad saw misalnya, ia menyelipkan batu di perutnya demi menekan nafsu makannya. Abu Bakar ash-Shiddiq pernah menyelipkan batu kecil di sisi mulutnya agar tekun berpikir sebelum berbicara. Umar bin Khattab memikul bejana air di punggungnya dengan maksud mengalahkan nafsu kebanggaannya.
Sementara itu, banyak ditemukan uraian-uraian yang mengantar mereka kepada upaya meraih sukses dalah hidup. Keadaan demikian, kesemuanya menekankan perlunya menghayati nilai-nilai spiritual, menekankan perlunya mengarahkan nafsu, bahkan mengalahkannya, agar manusia tidak terperangkap oleh dirinya sendiri. Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludman, bahwa sifat yang paling dominan dari ratusan pengusaha dan eksikutif perusahaan besar di Amerika Serikat adalah sifat spiritual mereka yang tinggi.
2. Pembiasaan
Pembiasaan dimulai dengan sungguh-sungguh untuk memaksakan diri --kalau perlu-- membuat aktiivitas yang dinilai baik dengan tujuan membentuk watak, bukan karena kemunafikan. Kebiasaan yang melahirkan keterampilan yang diulang-ulang dan yang dilaksanakan dengan sadar, sehingga membentuk watak, yakni kegiatan yang dilakukan secara otomatis, akibat dorongan jiwa yang sangat dalam. Ketika itulah terbukti kebenaran ungkapan 'ala bisa karena biasa'.
Memang, penjelasan tentang kebaikan dan keburukan sangat diperlukan untuk mengubah pandangan, tetapi itu saja belum cukup. Ia harus disertai dengan pembiasaan-pembiasaan. Sebagian pakar menentukan waktu tertentu untuk lahirnya suatu watak. Steven R. Covey misalnya, menyebut waktu 30 hari. Sekian banyak hadis Nabi Muhammad saw menyebutkan waktu 40 hari. Perbedaan tersebut wajar berbeda-beda, sehingga secara umum kondisi dan situasi setiap orang dapat menjadikan waktu tersebut beragam.
Pembiasaan dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan dengan berbagai cara dan menyangkut banyak hal seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika pergaulan, perlakuan guru kepada siswa dan sebaliknya, peribadatan, dan sebagainya. Pembiasaan yang dilakukan oleh guru atau dosen, siswa atau mahasiswa, karyawan, dan pejabat, dalam disiplin suatu lembaga pendidikan merupakan langkah yang sangat strategis dalam mebentuk karakter secara bersama.
3. Keteladanan
Keteladanan diperlukan karena tidak jarang nilai-nilai yang bersifat abstrak itu tidak dapat dipahami, bahkan tidak terlihat keindahan dan manfaatnya oleh kabanyakan orang. Hal-hal abstrak dijelaskan dengan perumpamaan yang kongkrit dan indrawi. Keteladanan, dalam hal ini, melebihi perumpamaan itu dalam fungsi dan peranannya. Itu pula sebabnya maka keteladanan diperlukan dan memiliki peranan yang sangat besar dalam mentransfer sifat dan karakter seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat terlihat betapa contoh atau keteladanan yang diberikan oleh mereka yang dinilai baik atau terhormat oleh satu kelompok, menjalar demikian cepat dan mudah di tengah-tengah masyarakat. Lebih-lebih dalam hal-hal yang bersifat material atau cara pergaulan. Dalam kehidupan di sekolah dan kampus, nilai-nilai moral yang mengandung pembentukan karakter dapat diwujudkan melalui bentuk keteladanan ini.
4. Lingkungan yang Sehat
Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk watak. Kita tidak dapat menyangkal bahwa lingkungan kita dewasa ini bukanlah lingkungan yang sehat. Kita nyaris telah terbiasa dengan penyakit yang kita derita dan lebih parah lagi kita enggan meneguk obat, padahal obatnya ada di tangan kita. Karena itu, lembaga pendidikan memikul tanggung jawab yang besar, bukan saja untuk tampil memberi teladan, tetapi juga harus berperan sebagai filter yang akan menyaring dan menyeleksi nilai-nilai dan perilaku yang tidak sejalan dengan pembentukan karakter yang terpuji.
Kita telah terbiasa, bahkan melakukan pembiasaan menyangkut hal-hal yang tidak sejalan dengan pembentukan karakter yang terpuji. Pembiasaan yang terjadi dalam masyarakat telah menciptakan dorongan bagi lahirnya karakter yang buruk, yang tidak sejalan dengan jati diri kita sebagai bangsa yang religius. Kita boleh jadi tidak keliru jika dikatakan bahwa kebiasaan dan pembiasaan yang dilakukan tidak sejalan dengan keinginan kita untuk membentuk karakter yang terpuji. Lihat dan dengarkanlah apa yang ditayangkan oleh media kita, umumnya adalah perkelahian pelajar, pembunuhan sadis, seks dan perkosaan, penganiayaan, korupsi, dan lain-lain.
Ajat Sudrajat
Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah UNY
Jumat, 19 Maret 2010
Gerakan Islam Palestina
Penelitian berjudul “Gerakan Islam Palestina: Dari Deklarasi Negara Israel sampai Terbentuknya Negara Palestina” ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk gerakan rakyat dalam menyikapi Israel, relevansi keberadaan paham jihad sebagai pendorong gerakan rakyat Palestina melawan kolonialisme Israel, sikap masyarakat dunia terhadap gerakan rakyat Palestina.
Metode penelitian yang digunakan yaitu (1) heuristik yaitu langkah pelacakan sumber tentang gerakan rakyat Palestina maupun respon dunia terhadapnya, yang diperoleh melalui sumber sekunder yaitu artikel dalam surat kabar, internet dan buku-buku; (2) kritik sumber, karena sebagian besar sumber yang digunakan dalam penelitian ini bersifat sekunder, maka tidak dilakukan kritik eksternal dan hanya dilakukan kritik intern dengan membandingkan sejumlah sumber mengenai substansi persoalan yang sama, dan mengamati kaitan ilmiahnya dengan terminologi-terminologi konseptual yang tersedia; (3) intepretasi merupakan kerja penafsiran data-data yang telah diseleksi untuk mendapatkan fakta yang terkait dengan objek penelitian ini, baik dengan cara analisis (menguraikan) maupun sintesis (menyatukan); (4) historiografi yaitu penulisan sejarah dengan mengorganisasikan dan mengemukakan penemuan-penemuan peneliti dalam bentuk karya sejarah.
Hasil dari penelitian ini yaitu: Pertama, Bentuk-bentuk gerakan rakyat yang terdiri dari beberapa tipologi dilihat dari (1) asas, yaitu Islam (Hamas, IJM), nasionalis (PLO, Fatah), sekuler (PLO, Fatah) maupun sosialis (PFLP, PFLP-GC); (2) model kerjasama, yaitu kooperatif (PLO, Fatah) maupun non-kooperatif (Hamas, IJM); (3) tingkat perlawanan, yaitu tanpa senjata (PLO, Hamas), dan bersenjata (Hamas, IJM, Brigade Al-Qassam, PFLP, PLFP-GC). Kedua, Perlawanan bersenjata rakyat Palestina dalam perspektif Islam adalah bagian dari jihad defensif (difā'ī), bukan terorisme, sebaliknya tindakan penyerangan yang dilakukan Israel merupakan terorisme. Ketiga, tanggapan dari negara-negara Arab yaitu dukungan yang tergabung dalam Liga Arab, dan negara-negara yang tergabung dalam OKI, termasuk dalam kasus awal kemenangan HAMAS. Sebaliknya negara-negara Barat mendukung resolusi PBB yang berisi keputusan untuk gencatan senjata merupakan satu-satunya langkah maju untuk memecahkan jalan buntu. Kemenangan HAMAS pun sangat tidak disenangi Israel dan Amerika Serikat diikuti juga oleh kroni-kroni mereka di Eropa.
Kata Kunci: Islam, Palestina, Gerakan.
Ajat Sudrajat dan Ita Mutiara Dewi
FISE UNY
KONSEP PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN KONFUSIUS
Konfusius merupakan seorang pemikir yang sangat terkemuka. Salah satu hal yang mendapat perhatian dari Konfusius adalah bidang pendidikan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan secara utuh ajaran Konfusius tentang belajar mengajar dan pengaruh ajaran Konfusius tersebut dalam sistem pendidikan di China kuno.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat langkah. Langkah pertama adalah heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber-sumber. Langkah kedua adalah kritik sumber, dilanjutkan dengan interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Konfusius pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang susila, cerdas, bertanggung jawab kepada bangsa dan negara, serta untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa dan negara. Metode pengajaran yang digunakan Konfusius antara lain metode diskusi, dialog, dan pemecahan masalah. Konfusius menekankan dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pendidikannya. Pengaruh ajaran Konfusius dalam sistem pendidikan di China adalah digunakannya ajaran-ajaran Konfusius tersebut dalam kurikulum pendidikan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan bahwa untuk menjadi seorang birokrat kerajaan maka diharuskan lolos ujian klasika Konfusian.
Kata Kunci: Konfusius, pendidikan, kurikulum.
Ajat Sudrajat dan Ririn Darini
FISE UNY
SMPN 44 BANDUNG
Profil SMPN 44 Bandung
SMPN 44 Bandung, yang beralamat di Jalan Cimanuk 1 Bandung, sebagai bagian dari sekolah tingkat pendidikan dasar, dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolahnya tentu saja tidak lepas dari tujuan pendidikan dasar yang telah dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Adapun rumusan tujuan pendidikan dasar tersebut adalah: "Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut". Dari rumusan tujuan tingkat pendidikan dasar tersebut secara eksplisit dapat diketahui bahwa pembentukan kepribadian dan akhlak mulia adalah salah satu dari tujuan yang harus diwujudkan oleh pihak sekolah.
Berangkat dari rumusan tujuan tingkat pendidikan dasar di atas dan adanya dorongan yang kuat untuk mewujudkan lulusan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia, SMPN 44 Bandung merumuskan visi sekolah sebagai berikut, yaitu: "Mewujudkan warga SMPN 44 yang agamis, berkualitas dalam prestasi, kreatif serta unggul dalam pembelajaran berbasis teknologi pada tahun 2012". Apabila diperhatikan secara cermat dan seksama susunan kalimat dalam rumusan visi SMPN 44 Bandung, maka akan ditemukan sesuatu yang sangat menarik dari rumusan tersebut. SMPN 44 Bandung, dengan tegas, lugas, dan berani, telah menempatkan kata 'agamis' di bagian awal dalam rumusan visinya. Penempatan kata 'agamis' di tempat pertama ini, tentu saja bukan tidak punya maksud. SMPN 44 Bandung memang secara sengaja dan penuh kesadaran menempatkan kata 'agamis' di posisi awal ini berdasarkan pertimbangan bahwa melalui ajaran agama inilah para siswa dan warga SMPN 44 Bandung dapat mewujudkan manusia yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia.
Dari rumusan visi di atas, SMPN 44 Bandung mengelaborasikannya ke dalam misi sekolah yang merupakan tindakan strategis yang harus dicapai pihak sekolah. Rumusan misi SMPN 44 adalah: "Melaksanakan pembelajaran yang membekali keterampilan dan kecakapan hidup berbasis teknologi, memberikan bekal dalam menghadapi tantangan kehidupan dan unggul menghadapi berbagai tantangan dalam era globalisasi, serta membentuk pribadi yang religius, agamis, berakhlak mulia, cerdas dan berpengetahuan luas". Rumusan ini selanjutnya diturunkan dalam tiga misi yang akan menjadi arah tindakan pihak sekolah dalam membentuk pribadi yang religius, agamis dan akhlak mulia, yaitu:
1. Menyiapkan generasi dalam menghadapi tuntun zaman
2. Memiliki kemampuan dalam IPTEK dan IMTAQ menuju cerdas 2008
3. Unggul dalam pembelajaran spiritual
Strategi yang dilaksanakan oleh SMPN 44 Bandung daam rangka mewujudkan pribadi yang religius, agamis dan akhlak mulia adalah:
1. Menyiapkan siswa/siswi dalam kegiatan spiritual.
2. Melaksanakan pembiasan spiritual.
3. Menyiapkan pembelajaran melalui teknolog.i
4. Melaksanakan pembelajaran melalui teknologi multimedia.
5. Menyiapkan dan melaksanakan kualitas siswa menju cerdas 2012.
Strategi di atas dilakukan oleh SMPN 44 Bandung dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah serta dalam mewujudkan tujuan sekolah yang merupakan langkah kongkrit yang harus dicapai SMPN 44 Bandung, yaitu:
1. Pada tahun pelajaran 2011/2012, 75% siswa SMPN 44 Bandung terbentuk pribadi yang religius, agamis, berakhlak mulia, cerdas dan berpengetahuan luas serta mampu membuat inovasi dalam dunia pendidikan.
2. Pada tahun pelajaran 2011/2012, pembelajaran di SMPN 44 Bandung dapat melaksanakan pembelajaran yang membekali keterampilan dan kecakapan hidup berbasis teknologi untuk dapat hidup lebih maju dan mandiri serta dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Pada tahun pelajaran 2011/2012, 75% siswa SMPN 44 Bandung memiliki bekal dalam menghadapi tantangan kehidupan dan unggul menghadapi berbagai tantangan dalam era globalisasi.
Pembiasaan Bercorak Keagamaan
Seperti dinyatakan di atas, bahwa dalam rangka membangun pribadi yang religius, agamis, dan berkahlak mulia, ada dua strategi yang secara khusus disiapkan oleh SMPN 44 Bandung, yaitu: a. Menyiapkan siswa/siswi dalam kegiatan spiritual, dan b. Melaksanakan pembiasaan spiritual. Dua strategi yang disiapkan oleh SMPN 44 Bandung ini diwujudkan dalam kegiatan kongkrit yang merupakan program sekolah dalam bentuk pengembangan diri rutin. Kegiatan pengembangan diri rutin yang terprogram ini meliputi:
1. Pembacaan Sholawat Nabi, Sayyidul Istighfar, Asma’ul Husna, dan Kultum dilakukan dari pukul 06.30-07.30.
2. Sholat Dhuha Bersama setiap hari dengan jadwal setiap kelas bergantian.
3. Sholat Dhuhur Berjama’ah mulai dari persiapan sampai selesai setiap hari dari pukul 11.45-12.30
4. Membaca Juz Amma sebelum Sholat Dhuhur berjamaah
5. One Day One Ayat, pelaksanaannya sebelum shalat zuhur berjama’ah, dipantau oleh salah satu petugas
6. Membaca Juz Amma sebelum Sholat Dhuhur berjamaah
7. Peringatan Hari Besar Keagamaan
8. Melakukan kolaborasi antara kegiatan yang bersifat spiritual dengan seni budaya. Sekarang ini di SMPN 44 Bandung telah berdiri kelompok seni budaya yang telah mengaransir Angklung Shalawat dan Angklung Asmaul husna.
9. Menampilkan kreativitas siswa dalam satu semester (acara jeda tengah semester dan pada kenaikan kelas menampilkan dari setiap ekskul yang merupakan salah satu penilaian akhir ekskul, ditambah kegiatan BAZAAR dari setiap kelas)
10. Mabit bagi kelas IX
Ajat Sudrajat
FISE UNY.
Selasa, 16 Maret 2010
Muhasabah – Muraqabah
Ada 6 langkah untuk muhasabah dan muraqabah menurut Imam Gazali:
1. Maqam 1, Musyarathah/Persyaaratan:
a. Keserasian antara akal dan nafsu (al-dinu huwa al ‘aqlu la al-dina liman la ‘aqla lahu - Inna al-nafsa la amaratun bi al-sui)
b. Memikirkan segala sesuatu yang akan diperbuat (qalbul ahmaqi wara’a lisanihi wa lisanul ‘aqili wara’a qalbihi - khairukum anfa’uhum li al-nas – baik untuk diri sendiri atau masyarakat)
c. Menguatkan dengan niat yang ikhlas (innamal a’malu bi al-niat)
2. Maqam 2, Mu’ayanah/Mencela-diri:
a. Menyadari kekurangan-kelemahan (‘aib) diri sendiri (allahumma inni a’u dzubika minal ‘ajzi wa al kasali, wa a’u dzubika mi al jubni wa al bukhli)
b. Menjadikan kritik orang lain sebagai pelajaran kepribadian
3. Maqam 3, Mu’aqabah/Penghukuman-diri:
a. Melawan kelemahan (‘aib) diri dengan perbuatan sebaliknya (perbuatan yang baik).
b. Melawan kekurangan diri dengan perbuatan positif.
4. Maqam 4, Muraqabah/Kontrol-diri:
a. Melanggengkan niat – berarti dzikrullah (mengingat) Allah setiap saat (innamal a’malu bi al-niat – kullu amrin dzi balin layubdau fihi bi bismillah fahuwa aqtha’)
b. Berpikir bahwa Allah senantiasa melihat apa yang kita perbuat (an ta’budallaha ka annaka tarahu, faillam takun tarahu, fainnahu yaraka).
5. Maqam 5, Muhasabah/Koreksi-diri:
a. Menakar kemampuan sendiri (hasibu anfusakum qabla an tuhasabu)
b. Penuh perencanaan (fa idza faraghta fanshab, wa ila rabbika farghab)
c. Berpikir ke depan (wal tandzur ma qaddamat li ghad)
6. Maqam 6, Mujahadah/Kesungguhan:
a. Bekerja maksimal (I’mal lidunyaka ka annaka ta’isyu abadan, wa’mal li akhiratika ka annaka tamutu ghadan)
b. Bersikap dinamis (man kana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa rabihun, man kana yaumuhu sawaan min amsihi fahuwa maghbunun, man kana yaumuhu syarran min amsihi fahuwa mal’unun).